INTERVENSI PEMERINTAHAN KOMUNIS CHINA DAN KONFLIK ANTARA ETNIS UIGHUR DENGAN HAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada 5 Juli 2009 di Urumqi, Xinjiang terjadi demo massal Uighur yang mencapai puluhan ribu orang. Rezim komunis China menindas dengan kekuatan militer, mengakibatkan sedikitnya ratusan orang tewas. Setelah peristiwa itu media resmi komunis China mempropaganda secara besar-besaran insiden berdarah yang dialami oleh suku Han yang disebabkan oleh demo massal Uighur, tersebut sehingga membangkitkan kemarahan orang Han, mereka turun ke jalan untuk membalas dendam terhadap penduduk Uighur.

Setelah menghasut kebencian suku Han, komunis China tidak menghentikan balas dendam dengan kekerasan yang dilakukan suku Han, sengaja membiarkan konflik rasialis. Setelah insiden terjadi mereka menunda-nunda lagi penyelidikan dan penanganannya, pada 5 Juli baru menangkap 15 tersangka untuk ditangani. Dalam seluruh proses komunis China telah memupuk dan menumbuhkan ketidak puasan suku Uighur, telah menanamkan api kebencian.

Kekacauan di Xinjiang memaksa Hu Jintao harus mengakhiri keikutsertaanya dalam pertemuan G8 dan segera kembali ke negaranya lebih awal. Masalah di Xinjiang telah sampai titik kritis yang mengancam komunis China. Namun, berbagai indikasi malah menunjukkan, insiden tersebut membuat Partai Komunis China dilematis, masalah ini mungkin diciptakan sendiri oleh mereka.

Sungguh menyedihkan dalam hal insiden 5 Juli ini, baik orang Han maupun orang Uighur adalah korban. Korban yang dipukul dan dihancurkan semuanya adalah masyarakat China. Sehingga konflik ini sangat menarik untuk diangkat dalam pembuatan makalah kelompok kami sebagai tugas mata kuliah Etnopolitik.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan sekelumit permasalahan diatas kelompok kami tertarik untuk mengangakat permasalahan tentang

1. Mengapa terjadinya konflik antara Etnis Uighur dan Han?

2. Mengapa Pemerintahan Komunis Cina melakukan intervensi konflik antara etnis Uighur dan Han?

1.3 Konsep dan Teori

Konflik yang terjadi antara Etnis Uighur dan Han merupakan suatu konflik etnis karena terjadi dalam suatu Negara dan juga didorong oleh ketidakadilan institusi (Pemerintahan Komunis Cina) dalam memperlakukan suatu entis dengan etnis lainnya (Uighur dan Han).

Pendekatan yang kami ambil sesuai dengan konflik ini adalah pendekatan institusionalis. Karena adanya diskriminasi terhadap etnis yang minoritas serta pemerintahan yang otoriter (Pemerintahan Komunis Cina). Hal ini menyebabkan etnis yang minoritas sulit untuk menyalurkan hak dan pendapat mereka, sehingga tejadilah konflik.

Selain pendekatan institusionalis juga menggunakan pendekatan instrumentalis karena etnis digunakan sebagai alat atau media untuk tujuan tertentu. Etnis yang dimaksud dalam pendekatan ini adalah Etnis Han yang mana etnis tersebut dijadikan alat propaganda bagi Pemerintahan Komunis Cina melalui media massa. Sehingga Etnis Han turun kejalan guna melakukan balas dendam.


BAB II

PEMBAHASAN

Penduduk asli Xinjiang berasal dari ras-ras Turki yang beragama Islam, terutama suku Uighur (45,21%) dan suku Kazakh (6,74%). Selain itu, di Xinjiang juga terdapat suku Cina Han, yang berjumlah sekitar 40,58% (sensus 2000). Persentase suku Han di Xinjiang meningkat secara drastis dari 6% saat berdirinya Republik Rakyat Cina (1949) hingga lebih dari 40% pada saat ini.

Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, adalah sebuah daerah otonomi di Republik Rakyat Cina. Xinjiang berbatasan dengan Daerah Otonomi Tibet. di sebelah selatan dan Provinsi Qinghai serta Gansu serta di tenggara. Wilayah ini juga berbatasan dengan Mongolia di sebelah timur, Rusia di utara, serta Kazakhstan, Kirgizia, Tajikistan, Afganistan, dan Kashmir di barat. Xinjiang juga mencakup sebagian besar wilayah Akasai Chin yang diklaim oleh India sebagai bagian dari Negara Bagian Jammnu dan Kashmir.

“Xinjiang” secara harfiah bermakna “Perbatasan Baru” atau “Daerah Baru”, nama yang diberikan semasa Dinasti Qing Manchu. Nama tersebut dianggap sebagai sebutan sinis dan terkesan menyakitkan hati para pendukung kemerdekaan Xinjiang yang lebih condong pada penggunaan nama lokal yang bersejarah atau beretnik seperti Turkestan Cina, Turkestan Timur atau Uighuristan. Oleh karena ketiga nama tersebut berhubungan erat dengan gerakan kemerdekaan, pemerintah Cina dan kebanyakan warga lokal suku Han menganggapnya ofensif.

Konflik etnis Uighur dan Han adalah konsekuensi dari kebijakan nasional yang ditanamkan oleh komunis China. Sejak lama, kebijakan terhadap etnis minoritas Uighur bukan saja tidak dapat mengekang mereka, namun malah membangkitkan kemarahan orang Han. Kebijakan Komunis China di Xinjiang sejak dulu adalah untuk mempertahankan kekuasaannya. Permusuhan orang Han terhadap orang Uighur, pada dasarnya ketidakpuasan terhadap kebijakan diskriminatif, mereka beranggapan dukungan yang berlebihan pada mereka malah menumbuhkan kebuasan orang Uighur. Perlawanan orang Uighur disebabkan tekanan jangka panjang dalam hal sumber daya ekonomi, imigran suku Han, agama dan budaya serta aspek lainnya.

Jika konflik yang dihasut oleh komunis China adalah kenyataan, tampaknya sebuah paradoks bisa dikemukakan: bukankah itu sangat berlawanan dengan "masyarakat harmonis" dan “kestabilan” yang dicanangkan oleh Hu Jintao pada 2009.

2.1 Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pemerintah Cina dilaporkan telah melakukan pelanggaran-pelanggaran HAM di Xinjiang, diantaranya pelanggaran kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berpendapat, hambatan atas pendidikan, diskriminasi, serta hukuman mati terhadap tahanan politik. Keberadaan sekolah Islam, masjid dan imam dikontrol secara ketat, dan para imam diharuskan “berdiri di sisi pemerintah dengan teguh dan menyampaikan pendapatnya dengan tidak samar-samar”. Sejak 1995 hingga 1999, pemerintah telah meruntuhkan 70 tempat ibadah serta mencabut surat izin 44 imam. Pemerintah juga secara resmi menerapkan larangan ibadah perorangan di tempat-tempat milik negara.

Larangan ini juga mencakup larangan shalat, puasa dibulan Ramadhan di kantor atau sekolah milik negara. Kepemilikan Al-Qur’an saja juga dapat dihukum, dan pihak keamanan melakukan pencarian rutin terhadap “penerbitan ilegal” serta “bahan-bahan agama ilegal”.

Selain itu, diskriminasi terjadi di sekolah-sekolah, dimana asrama-asrama diperiksa agar tidak ada yang melakukan sembahyang atau bentuk ibadah lainnya. Di bidang tenaga kerja bisnis dan pemerintahan, orang-orang Muslim sering dihambat untuk jabatan yang tinggi. Selain itu, kebijakan keluarga berencana di Cina juga diklaim menguntungkan suku Han, yang memiliki tingkat pertumbuhan populasi 31.6%, lebih tinggi dibanding suku-suku lain yang maksimal 15.9%.

Menurut Ammnesty International, Xinjiang adalah satu-satunya provinsi di Cina yang mengizinkan hukuman mati terhadap tahanan politik. Jumlah tepat korban hukuman mati dirahasiakan oleh negara, namun menurut Dogu Turkestan, jumlah korban tewas akibat hukuman mati atau penyiksaan oleh pemerintah Cina mencapai 2.500 dari tahun 1999 hingga Maret 2000 saja.

2.2 Gerakan Kemerdekaan Dan Tuduhan Terorisme

Perlawanan terhadap kekuasaan Cina telah berlangsung sejak lama di Xinjiang. Saat ini, kebanyakan pemimpin perlawanan berada di pengasingan, antara lain di Turki, Jerman dan Amerika Serikat. Kebanyakan gerakan ini adalah gerakan kesukuan yang sekuler, walaupun terdapat beberapa gerakan yang berideologi Islam.

Sejak “Peritiwa 11 September” di Amerika Serikat, pemerintah Cina juga mengklaim terdapat gerakan terorisme internasional di Xinjiang, yang dituduh berkaitan dengan Gerakan Taliban di Afganistan. Menurut laporan pemerintah Cina di tahun 2002, setidaknya 57 orang tewas akibat serangan teroris di Xinjiang.

2.3 Intervensi Pemerintahan Komunis Cina terhadap konflik Etnis Uighur dan Han

Pertama, adalah komunis China berniat dengan cara ini untuk melepaskan diri dari krisis. Sejak tahun lalu, mereka mengalami serangkaian insiden anti kekerasan baik secara kelompok maupun individu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pendekatan untuk menangani semakin memperlihatkan ketidakmampuannya. Dalam kondisi ini, menggunakan konflik etnis untuk mengalihkan krisis pribadi menjadi seperti sebatang jerami. Dari teriakkan orang Han, "orang Xinjiang pulanglah kalian" saat peristiwa Shaoguan, PKC mendapat inspirasi. Oleh karena itu, terhadap komunis China, mentransformasikan anti kekerasan masyarakat menjadi konflik etnis adalah salah satu cara untuk melarikan diri.

Kedua, di balik insiden 5 Juli, ada konflik intern antara mantan presiden Jiang Zemin, Zhou Yongkang dan Hu Jintao. Selama ini Hu telah menyingkirkan Songyou Huang, mantan Wakil ketua Mahkamah Agung asal Guangdong, Zheng Shaodong mantan ketua Investigasi Ekonomi Departemen Keamanan Publik, Chen Zhaoji mantan "Raja Politik dan Hukum” asal Guangdong, Xu Zongheng mantan Walikota Shenzhen dll, yang melemahkan kekuatan Jiang secara besar-besaran. Jiang dan Zhou kali ini mengambil kesempatan ketika Hu berada di luar negeri untuk menciptakan konflik etnis terbesar dalam sejarah.

Tujuannya, pertama dapat membangkitkan kembali kekuatan Komite Politik dan Hukum di Guangdong, melemahkan Huang Yang orang andalan Hu. Kedua, meminjam relokasi polisi militer di Daerah Militer Chengdu dan pasukan polisi militer pada provinsi yang berdekatan, menonjolkan pentinya perwakilan orang-orang Zhou Yongkang dan kelompok Jiang dalam militer. Ketiga menghancurkan konsep "masyarakat harmonis" yang dicanangkan Hu. Hu seperti “tangan diborgol diberikan obat tetes mata”.

Akhirnya, penguasa China juga memanfaatkan sikap hati-hati tentang isu Xinjiang oleh negara Barat, serta masalah batasan nuklir dan misil di Korea Utara.

Secara umum dapat dilihat, Huang Lixiong dalam sebuah novel prediksi politik "Kuning bahaya" berbicara tentang "prospek masa depan dari krisis dan bencana" sedang mendekat, dan inisial J dalam novel itu adalah Jiang zemin. Dalam kecenderungan yang menurun tajam, komunis China menggunakan konflik antara suku di Xinjiang untuk menyelamatkan diri, mungkin saja itu "terlalu pandai menghitung titik krisis”, tapi bisa sebaliknya mambahayakan kelangsungan hidupnya


BAB III

KESIMPULAN

Konflik ini merupakan konflik antara Etnis Uighur dengan Han yang dipolitisasi oleh Pemerintahan Komunis Cina untuk dijadikan sebuah konflik (pendekatan insrumentalis). Sebenarnya sudah ada perbedaan yang dapat menyebabkan konflik (sudah bermusuhan sejak lama). tetapi oleh Pemerintahan Komunis Cina dengan tujuan tertentu (Pemberantasan Teroris dan gerakan kemerdekaan Etnis Uighur).

Pemerintahan Komunis Cina yang otoriter menyebabkan Etnis Uighur terdiskriminasi dalam penegakan Hak Asasi Manusia, terutama jaminan untuk kebebasan berpendapat (Pendekatan Institusionalis). Hal ini menyebabkan kebijakan pemerintah lebih menguntungkan Etnis Han yang mayoritas daripada Etnis Uighur yang minoritas.

Kebijakan Pemerintah Komunis Cina yang mendiskriminasi tersebut menyulut terjadinya demo massa 5 Juli 2009, oleh Etnis Uighur dan kemudian dipropaganda oleh Pemerintah Komunis Cina dengan Etnis Han sebagai instrumen melalui media massa bahwa aksi demo tersebut telah menyebabkan banyak Etnis Han yang menjadi korban sehingga Etnis Han turun ke jalan untuk balas dendam kepada Etnis Uighur dan terjadilah konflik etnis tersebut.



BAB IV

DAFTAR PUSTAKA


Dari Internet:

http://www.iwandahnial.wordpress.com

http://erabaru.net/opini/65-opini/3191-mengapa-komunis-china-bangkitkan-konflik-etnis-uighur-dan-han

Komentar

Postingan Populer